Suarabanyuangga.com, – Buntut Kerusuhan suporter Persidikab ketika menjamu Persipro FC, yang digelar di Stadion Canda Bhirawa Pare, Kabupaten Kediri pada (18/1/2024) kemarin. Membuat suasana duka saat menyambut tim ‘Serigala Tengger’ atau nama lain dari Persipro FC, saat tiba di Stadion Bayuangga pada sabtu (20/1/2024) sore.
Para tim official Persipro FC beserta 25 orang timnya langsung meminta maaf kepada para suporter, yang berjuluk Curvasud, atas jatuhan hukuman diskualifikasi daei Liga 3 tersebut.
Eko Purwanto sebagai ketua Askot Kota Probolinggo mengatakan, bahwa pihak official mengucapkan banyak terima kasih kepada penggemar setia Persipro FC karena senantiasa turut mendukung tim kebanggan Kota Probolinggo ini dalam kondisi apapun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Terimakasih Senantiasa mendukung Persipro FC, dan kami mohon maaf, jika dalam liga 3 ini, tim kita harus menerima sanksi dari PSSI, dan berhenti di puncak 16 besar,” terangnya, pada sabtu (20/1/2024) sore.
Kendati demikian, Eko Purwanto juga berharap di musim selanjutnya, Persipro FC ini bisa kembali bangkit dalam berlaga di kompetisi berikutnya.
Meskipun begitu, pihaknya tetap menerima punishment yang dilayangkan dari PSSI pada Persipro FC. Walaupun menurutnya pengambilan keputusan PSSI memberi sanksi tersebut dinilai sepihak, karena usai insiden ricuhnya pertandingan tersebut tidak ada konfirmasi sedikitpun terhadap nya.
“Terkait dengan pemberitaan di media sosial yang membahas tentang sanksi, nanti kita akan mencoba berkomunikasi lagi dengan pihak PSSI, dengan harapan, adanya sedikit perhatian pada pihak kami, untuk meringankan beban hukuman sanksi yang kami alami saat ini,” tambahnya.
Deki Rolias Sandra sebagai kapten kesebelasan Persipro FC juga menyampaikan permohonan maaf terhadap pecinta sepak bola di Kota Probolinggo. Karena rimnya masih belum bisa membawa gelar juara.
“Saya mohon maaf, karena tim Persipro FC hanya mampu pulang dengan 16 besar saja, dan menurut kami, sedari awal pertandingan dimulai, pihak Wasit dianggap tidak berlaku fair. Sehingga memancing suasana tidak kondusif,” tuturnya.
Selain itu, satu hal yang menjadi pemicu ricuhnya suporter, yang memaksa menerobos masuk ke ke tengah lapangan.
“Sebenarnya, setelah peluit dibunyikan tanda berakhirnya pertandingan, penonton menyerang kami lebih dahulu, dan serangan tersebut berupa pelemparan dan menerobos masuk lapangan. Di sinilah kegagalan panitia pelaksana,” tandasnya.